Rabu, 30 Maret 2011

Hadits Qudsi

Posted by Eko 17.00, under | 2 comments


 A.  Pengertian Hadits Qudsi
Secara etimologis, hadits memiliki makna sebagai berikut:
  1. Jadid, lawan qadim: yang baru (jamaknya hidats, hudatsa, dan huduts);
  2. Qarib, yang dekat, yang belum lama terjadi seperti dalam perkataan haditsul ahdi bil Islam (orang yang baru memeluk agama Islam);
  3. Khabar, warta atau berita, yakni ma yatahaddatsu bihi wa yunqalu (sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada seseorang yang lain.[1]
Adapun pengertian Hadits secara terminologis menurut Ahli Hadits:
ما اضيف الى النبي صلى لله عليه وسلم قولا او فعلا او تقريرا او صفة.[2]
Artinya: Segala sesuatu yang dinukilkan/disandarkan kepada Nabi SAW.., baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifatnya.

Sabtu, 19 Maret 2011

Dokter Berhati Malaikat

Posted by Eko 07.16, under | No comments


Gadis kecil yang merintih di tempat tidur dekat pintu itu baru saja tiba dengan ambulans keledai. Farmer lalu melakukan tes spina kepadanya, disaksikan dua dokter muda yang ikut memegangi gadis itu. Urat-urat leher Farmer yang kurus tampak menonjol ketika dia menusukkan jarum. Jeritan keras terdengar dari anak itu: "Li fe-m mal, mwen grangou!" Farmer mendongak, dan untuk sesaat dia menyuarakan dongeng Haiti lagi: "Gadis ini berteriak, 'Sakit! Aku lapar!' Bisakah kaupercaya itu? Hanya di Haiti seorang anak menjerit bahwa dia lapar saat menjalani tes spina."

Kamis, 17 Maret 2011

Kompetensi Dasar Pengawas Memahami Evaluasi

Posted by Eko 03.36, under | No comments


A.  Pengertian Evaluasi
Evaluasi menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1983:220). Sedangkan menurut istilah evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu ibyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Anne Anastasi mengartikan evaluasi sebagai:
“A systematic process of determining the extent to which instructional objektivitas are achieved by pupils”. (Anne Anastasi, 1978: 6).

Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sacara, terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.[1]

Selasa, 15 Maret 2011

Abu Nawas: Tipu dibalas Tipu

Posted by Eko 08.39, under | 2 comments


Ada seorang Yogis (Ahli Yoga) mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan  memperdaya Iman Abu Nawas. Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya.
Ketika mereka datang Abu Nawas sedang melakukan salat  Dhuha.  Setelah dipersilahkan masuk oleh istri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang santai.
Seusai salat  Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para  tamunya bercakap-cakap sejenak.
"Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan bergabunglah bersama kami." kata Ahli Yoga.
"Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?" tanya  Abu Nawas polos.
"Besok pagi." kata Pendeta.
"Baiklah kalau begitu  kita bertemu di warung  teh besok."  kata Abu Nawas menyanggupi.

Hari berikutnya  mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah  seorang Sufi. Ahli Yoga dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka masing-masing. Di tengah jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak membawa bekal.

"Hai Abu Nawas, bagaimana kalau engkau saja  yang mengumpulkan derma guna  membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan  mengadakan kebaktian." kata Pendeta. Tanpa banyak bicara  Abu Nawas berangkat mencari dan mengumpulkan derma dari dusun satu  ke dusun lain. Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli  makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu Nawas kembali  ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan. Karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata, "Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga."

"Jangan sekarang. Kami sedang berpuasa." kata Ahli Yoga.
"Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja  sedangkan bagian kalian terserah pada kalian." kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.
"Aku tidak setuju.  Kita harus seiring seirama dalam  berbuat apa  pun:" kata Pendeta.
"Betul aku pun tidak setuju  karena waktu makanku besok pagi. Besok  pagi aku baru akan berbuka." kata Ahli Yoga.
"Bukankah aku yang engkau jadikan alat pencari derma dan derma itu sekarang telah kutukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengijinkan  aku mengambil bagian sendiri.  Itu tidak masuk akal." kata Abu Nawas mulai merasa jengkel.  Namun  begitu  Pendeta dan Ahli Yoga tetap  bersikeras tidak mengijinkan  Abu Nawas mengambil bagian yang menjadi  haknya.

Abu Nawas penasaran. la mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar  mengijinkan ia memakan bagianya. Tetapi mereka tetap  saja  menolak.
Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun  Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.
"Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian."  kata Pendeta kepada Abu Nawas.
"Perjanjian apa?" tanya  Abu Nawas.
"Kita adakan lomba.  Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah  maka  ia akan  mendapat bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk  akan  mendapat paling sedikit." Pendeta itu menjelaskan.
Abu Nawas setuju.  la tidak memberi komentar apa-apa.
Malam semakin larut. Embun  mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap  Abu Nawas menghampiri makanan itu. Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis  makanan itu hingga tidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru bisa tidur.
Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita, "Tadi malam  aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirvana.  Aku merasakan kenikmatan yang belum  pernah kurasakan sebelumnya dalam  hidup ini."

Pendeta mengatakan bahwa mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betul-betul  luar biasa. Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya.
"Aku seolah-olah menembus ruang  dan waktu. Dan temyata memang benar. Aku secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam di mana pendiri agamaku hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya."

Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta, Abu Nawas hanya diam. la bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun.

Karena Abu Nawas belum  juga buka mulut, Pendeta dan Ahli Yoga mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.
"Kalian tentu tahu  Nabi Daud alaihissalam. Beliau adalah seorang nabi yang ahli berpuasa. Tadi malam  aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau.  Beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau  tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak  dini hari. Kemudian beliau menyuruhku segera berbuka karena hari sudah malam.  Tentu saja  aku tidak berani  mengabaikan perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu." kata Abu Nawas tanpa perasaa bersalah secuil pun.
Sambil menahan rasa lapar yang menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga saling berpandangan satu  sama lain. Kejengkelan Abu Nawas terobati.

Kini mereka sadar bahwa tidak ada  gunanya coba-coba mempermainkan Abu Nawas, pasti hanya akan  mendapat celaka sendiri.



(SELESAI)

Kamis, 10 Maret 2011

Julius Germanus, Orientalis Pembela Islam Sejati

Posted by Eko 22.56, under | 4 comments

Bila Allah telah berkehendak dan memberikan hidayah kepada seseorang, tak ada seorang pun yang mampu menolaknya. Dan bila Allah tidak menghendakinya, seberapa pun baiknya akhlak orang itu, tetap saja ia tidak akan beriman.
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al-Qashash [28]: 56).
Hal itu pula yang dialami oleh Julius Germanus, guru besar bahasa Arab asal Hungaria. Kendati intens mempelajari agama yang dianutnya terdahulu, tetapi

Selasa, 01 Maret 2011

Takbir Cinta Zahrana (Sebuah Novel Pembangun Jiwa)

Posted by Eko 19.48, under | No comments

Matanya berkaca-kaca , kalau tidak ada kekuatan iman dalam dada mungkin ia memilih untuk sirna dari dunia ini. Ujian yang ia derita sangat berbeda dengan orang-orang yang seusianya. Banyak yang memandangnya sukses, hidup berkecukupan, punya pekerjaan yang terhormat dan bisa dibanggakan. Bagaimana tidak, ia mampu meraih gelar master teknik dari sebuah Institut teknologi paling bergengsi di negeri ini. Dan kini ia dipercaya duduk dalam jajaran pengajar tetap di Universitas swasta terkemuka di Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah: Semarang. Lalu kenapa jadi ia merasakan ujian begitu berat  ditengah-tengah karirnya yang cemerlang? Penasaran dengan cerita selanjutnya, silahkan download novel lengkapnya di sini.Tapi sebelum memulai download like atau koment dlu ya....he