Kamis, 27 Januari 2011

Profesionalisme Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Posted by Eko 06.20, under | No comments

PENDAHULUAN

Tuntutan terhadap lulusan dan layanan lembaga pendidikan yang bermutu semakin mendesak   karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya deregulasi yang memungkinkan peluang lembaga pendidikan asing membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan antar lembaga penyelenggara pendidikan dan pasar kerja akan semakin berat. Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang semakin besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi lembaga pendidikan kecuali hanya mengupayakan segala cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik dan layanan lainnya, yang antara lain dicapai melalui peningkatan mutu pendidikan.
Dalam tulisan ini dibahas tentang paradigma baru dalam pendidikan, apa dan mengapa mutu, etos kerja dan profesionalisme guru serta tantangan dunia pendidikan terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan otonomi daerah/desentralisasi pendidikan.
PARADIGMA BARU
Untuk mencapai terselenggaranya pendidikan bermutu, dikenal dengan paradigma baru manajemen pendidikan yang difokuskan pada otonomi, akuntabilitas, akreditasi dan evaluasi. Keempat pilar manajemen ini diharapkan pada akhirnya mampu menghasilkan pendidikan bermutu (Wirakartakusumah, 1998).
1. Mutu
Mutu adalah suatu terminologi subjektif dan relatif yang dapat diartikan dengan berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh argumentasi yang sama baiknya. Secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen/pelanggan. Karakteristik mutu dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendidikan, mutu adalah suatu keberhasilan proses dan hasil belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan. Pelanggan bisa berupa mereka yang langsung menjadi penerima produk dan jasa tersebut atau mereka yang nantinya akan merasakan manfaat produk atau hasil dan jasa tersebut.
2. Otonomi
Pengertian otonomi dalam pendidikan belum sepenuhnya mendapatkan kesepakatan pengertian dan implementasinya. Tetapi paling tidak, dapat dimengerti sebagai bentuk pendelegasian kewenangan seperti dalam penerimaan dan pengelolaan peserta didik dan staf pengajar/staf non akademik, pengembangan kurikulum dan materi ajar, serta penentuan standar akademik. Dalam penerapannya di sekolah, misalnya, paling tidak bahwa guru/pengajar semestinya diberikan hak-hak profesi yang mempunyai otoritas di kelas, dan tak sekedar sebagai bagian kepanjangan tangan birokrasi di atasnya.
3. Akuntabilitas
Akuntabilitas diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan output dan outcome yang memuaskan pelanggan. Akuntabilitas menuntut kesepadanan antara tujuan lembaga pendidikan tersebut dengan kenyataan dalam hal norma, etika dan nilai (values) termasuk semua program dan kegiatan yang dilaksanakannya. Hal ini memerlukan transparansi (keterbukaan) dari semua fihak yang terlibat dan akuntabilitas untuk penggunaan semua sumberdayanya.
4. Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu pengendalian dari luar melalui proses evaluasi tentang pengembangan mutu lembaga pendidikan tersebut. Hasil akreditasi tersebut perlu diketahui oleh masyarakat yang menunjukkan posisi lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam menghasilkan produk atau jasa yang bermutu. Pelaksanaan akreditasi dilakukan oleh suatu badan independen yang berwenang. Di Indonesia pelaksanaan akreditasi pendidikan untuk Perguruan Tinggi dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) dan sekolah-sekolah menengah ke bawah oleh Badan Akreditasi Sekolah (BAS).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu upaya sistematis untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang menghasilkan kesimpulan tentang nilai, manfaat, serta kinerja dari lembaga pendidikan atau unit kerja yang dievaluasi, kemudian menggunakan hasil evaluasi tersebut dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan. Evaluasi bisa dilakukan

Rabu, 26 Januari 2011

Mendidik Anak

Posted by Eko 05.34, under | No comments

Oleh:
Syaikh Muhammad Jamil Zainu
Editor:
Eko Supiyan, S.Pd.I


Allah Ta'ala berfirman :
] يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا [
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At-Tahrim : 6).
     Ibu, Bapak dan Guru bertanggungjawab di depan Allah terhadap pendidikan generasi muda. Jika pendidikan mereka baik, maka berbahagialah generasi  tersebut di dunia dan  akhirat. Tapi jika mereka mengabaikan pendidikannya maka sengsaralah generasi tersebut, dan beban dosanya berada pada leher mereka. Untuk itu disebutkan dalam suatu hadits Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam :
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته. متفق عليه.
“Setiap orang di antara kamu adalah pemimpin, dan masing-masing bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (muttafaq alaih).
     Maka adalah merupakan kabar gembira bagi seorang guru, sabda Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam berikut ini :
فو الله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم. رواه البخاري ومسلم.
“Demi Allah, bahwa petunjuk yang diberikan Allah kepada seseorang melalui kamu lebih baik bagimu dari pada unta merah (kekayaan yang banyak).” (riwayat Bukhari dan Muslim).
    
Dan juga merupakan kabar gembira bagi kedua orang tua, sabda Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam berikut ini :
إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث : صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له.
“Jika seseorang mati maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; sedekah jariyah, atau ilmu yang berrrmanfaat, atau anak shaleh yang mendo’akannya.” (riwayat Muslim).

Sabtu, 15 Januari 2011

ABU NAWAS: PINTU AKHIRAT

Posted by Eko 17.59, under | No comments

Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak. Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ, la bertanya kepada ulama itu:
"Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?"
Ulama itu berpikir sejenak kemudian ia berkata:
"Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?"
Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking indahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan. Beliau pulang kembali ke istana. Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas.
Abu Nawas dipanggil, setelah menghadap Baginda Raja berkata kepada Abu Nawas: "Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"  
"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu. "Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu sarat yang akan hamba ajukan."
"Sebutkan syarat itu." kata Baginda Raja. "Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya." "Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu Nawas. "Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu. "Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat teriebih dahulu." Mendengar penjetasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam. Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi, "Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?" Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya.

Minggu, 09 Januari 2011

KASIH SAYANG DAN KEMANUSIAAN SEBAGAI WATAK KEPEMIMPINAN RASULILLAH MUHAMMAD SAW.

Posted by Eko 16.25, under | No comments

الحمدلله, الحمدلله الذى ارسل رسوله بالهدى ودين الحقّ ليظهره على الدّين كله وكفى بالله شهيدا. وانّ الله سبحانه وتعالى ماا تّخذ صاحبة ولا ولدا. أشهد أنّ لااله إلا الله لآأشرك به أحدا.واشهد أنّ سيدنا محمّد اعبده ورسوله المبعوث الى سائر ا لأ مة شفاعة لهم وأنجدهم نخدا. اللهم صلى وسلّم على سيدنا محمّد عبدك ورسولك وعلى اله وصحبه الذّين اتبعوا دينه مخلصين له ابدا. (امّا بعـد) فيا أيهاالناس. ا تّقوا الله عندما اشتهـــرت بأنّ هذ الشــّهر شــهر شر يف. ينهضّ قلـــوب ا لأمّة الى معرفة اسر ار وحكاية شر يفة . وعند ذلك يتفجّر ينابع الحكـمة بشــفاعة الذي ذكــر بعظمــته. قال الله تـعالى اعـــــوذبالله من الشيطان الرّجيم : قل ان كنتم تحبّون الله فاتّبعونى. يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم. والله غفور الرّحيم

HADIRIN JAMAAH JUM’AH YANG DUMULIAKAN ALLAH . .
Dalam suasana keceriaan dan kebahagiaan ini, marilah kita pupuk keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. dan Rasulnya Muhammad SAW. dengan jalan tetap menjaga syari’at dan mengimplementasikannya dalam hidup dan kehidupan. Menjalankan segala perintah’ Nya dan menjauhi larangan-Nya, berakhlakul karimah, senantiasa beramar ma’ruf nahi mungkar dengan penuh kasih sayang.
وما أرسلناك إ لاّ رحمة للعلمين

Artinya : “Tidaklah aku mengutus Engkau wahai Muhammad, kecuali untuk merahmati semesta alam.” (Qs. Al Anbiya’ : 107)
Tentulah bukan karena sekedar kebetulan, atau bahkan hal yang dianggap wajar, bila ternyata Allah SWT. mengutus Nabi Muhammad SAW. dan agama yang dibawanya merupakan “Rahmat”, merupakan kasih sayang bagi semesta alam. Siapapun yang mempelajari Sirah Nabi SAW., akan dengan mudah menemukan bukti hikmah-hikmah kasih sayang Islam. Kasih sayang bisa dengan mudah anda temui dalam kehidupan sehari-hari sang Rasul SAW. baik sebagai bapak dan suami dalam lingkungan keluarga, sebagai saudara di lingkungan handai taulan, sebagai teman di kalangan sahabat, sebagai guru diantara para murid maupun sebagai pemimpin di kalangan umat, bahkan sebagai manusia di tengah-tengah makhluk Allah yang lain.
HADIRIN SIDANG JUM’AH RAHIMAKUMULLAH ..........
Dalam surat Al-Taubah ayat 128 Allah Ta’ala mensifati Nabi Muhammad SAW. dengan beberapa sifat yang kesemuanya merupakan penggambaran akan besarnya kasih
sayang beliau, ayat itu berbunyi sebagai berikut :
لقد جاءكم رسول من أنفسكم عز يز عليه ماعنتّم حر يص عليكم بالمؤمنين رءوف الرّ حيم

Artinya : “Benar-benar telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri, yang terasa berat baginya penderitaan kalian, penuh perhatian terhadap kalian, dan terhadap orang-orang mukmin sangat pengasih lagi penyayang.”
Dalam ayat itu disebutkan bahwa; Rasulullah SAW. adalah orang yang “Aziezun ‘Alaihi Maa ‘Anittum”, yang merasakan betapa berat melihat penderitaan kaumnya dan “Hariesun ‘Alaikum”, yang sangat mendambakan keselamatan kaumnya; dan “Rauufur Rahiem”, pengasih lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman.
Penderiataan kaumnya terasa berat sekali bagi Rasulullah SAW. baik penderitaan itu dialami di dunia maupun  -apalagi- di akhirat kelak. Oleh karena itu Rasulullah SAW. begitu “Hariesh” penuh perhatian, dan sangat mendambakan keselamatan kaumnya ( umat manusia) jangan sampai menderita. Dan hal ini dapat dilihat dari sikap dan sepak terjang beliau dalam kehidupan dan perjuangannya : Bagaimana beliau menyantuni dan menganjurkan penyantunan terhadap kaum dhu’afa, bagaimana beliau menegakkan dan menganjurkan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia, bagaimana beliau berperangai dan menganjurkan untuk berakhlakul karimah, bagaimana beliau tak henti-hentinya melakukan dan menganjurkan “Amar Ma’ruf Nahi Mungkar”, dan seterusnya dan sebagainya.
Khusus tentang Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, bahkan menjadi ciri dan tugas Nabi, juga diharapkan menjadi ciri ummatnya, Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, apabila dicermati, kiranya memang merupakan pengejawentahan dari keinginan Nabi atas keselamatan umat manusia, agar tidak menderita, yang bersumber dari dan didorong oleh kasih sayang itu pula. Bahkan, boleh jadi hanya orang yang mempunyai rasa kasih sayang dan memahami Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar hampir tidak bisa dibayangkan berjalan dan apalagi membudaya dalam masyarakat yang tidak saling menyayangi dan mengasihi. Maka tidaklah mengherankan bahwa, sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW. sangat ditaati, karena dan dengan kasih sayang, bukan ditaati karena ditakuti dan dengan kebencian atau keterpaksaan.

Jadi kasih sayang Allah yang mewujud di dalam firman-Nya, perintah dan larangan-Nya, dalam semua ajaran-Nya Nabi lah yang membawanya, melalui kepribadiannnya yang pengasih dan penyayang ke dalam kehidupan umat manusia, atau boleh juga dikatakan; apabila Islam merupakan kasih sayang Allah, maka Nabi Muhammad SAW. merupakan “bentuk kongkrit” dari Islam itu sendiri.
HADIRIN JAMA’AH YANG BERBAHAGIA .......
Sangat menarik untuk kita cermati sebuah kisah penuh hikmah; ketika Sayyidaatinaa Aisyah ra. ditanya tentang suaminya Nabi Muhammad SAW. jawabannya sungguh supel dan fleksibel. “Kaana Khuluquhu Al Qur’an.” (Pekertinya adalah Al Qur’an). Benar-benar cekak aos, singkat tapi penuh makna. Jawaban ini, juga membuktikan tingkat pemahaman yang luar biasa dari putri sahabat Abu Bakar itu terhadap Al Qur’an dan pribadi Nabi Muhammad SAW. maklum dia adalah murid sekaligus istri kinasih Nabi. 
Lebih kongkritnya; semua anjuran, perintah dan perilaku terpuji dalam Al Qur’an seperti : Taqwa, amal saleh, menegakkan kebenaran, memerangi kelaliman, membela kaum lemah, adil, berbudi, jujur, berkata benar, amar ma’ruf nahi mungkar dan seterusnya. Nabi Muhammad lah yang pertama-tama secara Istiqomah melaksanakannya. Dan, semua larangan, pantangan, dan hal-hal buruk yang dikecam Al Qur’an seperti syirik, mengkufuri nikmat, membunuh, mencuri, zina, kikir, dengki, tamak, serakah, berdusta, menghina sesama, dan hal-hal lain yang merendahkan martabat kemanusiaan. Nabi Muhammadlah yang pertama-tama dan secara istiqomah menjauhinya.
Maka tidaklah aneh, apabila kemudian sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW. begitu ditaati dengan sebab kasih sayangnya, bukan karena terpaksa. Mengapa demikian ? Sebagai pemimpin beliau menganjurkan, tapi sekaligus mencontohkan pengamalan anjurannya. Beliau yang melarang dan mencontohkan menjauhi larangannya. Sudah sedemikiankah sikap para tokoh agama dan pemimpin kita ? bila jawabannya belum, janganlah berharap banyak atas terwujudnya “ketaatan” dari yang dipimpinnya.
Pada waktu perang Khondak misalnya, kesediaan para sahabat sekalipun dalam keadaan yang sulit, lapar dan dahaga, dibawah terik matahari, mereka menggali parit atas perintah nabi, dengan penuh semangat. Ini tentu juga disebabkan oleh karena sang pemimpin tidak sekedar memerintah, melainkan ikut bahkan mengawali, mencontohkan bahkan ikut membantu pelaksanaan perintahnya itu.
HADIRIN SIDANG JUMAT RAHIMUKUMULLAH ......
Dalam masalah ibadah, nabi Muhammad Saw juga senantiasa menjaga agar umatnya tidak merasa terberati dan menganjurkan agar tidak memberatkan mereka. Nabi yang suka dan dalam rangka menganjurkan menyikat gigi misalnya, beliau bersabda dengan ungkapan :


لولا ان أشقّ على امّتى لأ مرتهم بالسّواك عند كلّ صلاة


Artinya : “Seandainya Aku tidak khawatir memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan mereka menyikat gigi setiap kali hendak melakukan sholat”.
“Shalat malam” kita ketahui merupakan ibadah rutin Nabi Muhammad Saw di malam hari. Mula-mula nabi melakukannya di Masjid, namun ketika banyak orang mengikuti jejaknya, beberapa malam kemudian nabi tidak keluar lagi melakukan sholat malam ke masjid. Menurut hadits shahih, ini dikarenakan Nabi khawatir shalat itu menjadi wajib dan memberatkan. Ketika Mu’ad Bin Jabal seorang sahabat dekat Nabi, dilaporkan terlalu panjang membaca bacaan-bacaan shalat saat menjadi imam, nabi Muhammad memarahinya. “dibelakangmu terdapat orang tua, dan orang-orang yang mempunyai keperluan”, sabda Nabi Muhammad memberi penjelasan. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain yang dapat anda baca dalam “shirah” sejarah perjalanan hidup nabi Muhammad Saw.
Dan anda tentu pernah mendengar sabda Nabi Muhammad yang luar biasa ini : “Barang siapa meninggal dan meninggalkan warisan, maka ahli warisnyalah yang berhak atas warisan itu, namun bila menanggung hutang, akulah yang menanggungnya”.
Juga sabda nabi Muhammad :” Yassiru walaa tu’assiruu”
Artinya : “Buat mudahlah kalian, dan jangan mempersulit”
Hadits-hadits ini lebih memperjelas betapa Nabi Muhammad Saw memang tidak suka memberatkan dan membebani umatnya.  Pada ayat lain yang ditujukan kepada Nabi, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya ; QS. Ali - Imran :159 :


فبما رحـمة من الله لنت لهم. ولو كنت فظاّ غلــيظ القلب لا نفضّوا من حولك. فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم فى ا لأمر. فاذا عزمت فتوكّل على الله. انّ الله يحبّ المتو كّلين . (ال عمران : 159 )

Artinya : “Maka dengan rahmat dari Allah, engkaupun lemah lembut terhadap mereka umatku. Sekiranya engkau keras dan berhati kasar, niscaya mereka akan lari dari padamu. Maka maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan ini (urusan perjuangan dan urusan duniawi lainnya). Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekadmu maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadanya”.

Nah, apabila ayat-ayat Al-Qur'an di atas, dan beberapa hadits yang mendukungnya kita gabung, kita akan memdapatkan “Profil Pribadi Pemimpin Yang Agung”  yang bercirikan : tidak tahan melihat penderitaan umatnya, sangat menginginkan keselamatan dan kebahagiaan ummatnya, sangat mengasihi dan menyayangi umatnya, lemah lembut kepada umatnya, mau bermusyawarah dan bertawakkal kepada Allah SWT. setelah membulatkan tekadnya.
Dari kepribadian Rasulillah Saw. inilah, bagi para pewarisnya, dan kaum muslimin yang beriman diharapkan dapat meneruskan membawa kasih sayang illahi itu, kepada semesta alam. Bukankah Allah sendiri berfirman kepada Nabi Muhammad SAW :


قل ان كنتم تحبّو ن الله فا تّبعو نى يحببكم الله ويغفر لكم دنوبكـم . و الله غفــور الرّحــيم.

Artinya : "Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah jejakku; niscaya Allah mengasihi kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Ali Imran : 31)

Maha Benar Allah dengan segala firmannya. Wallohu a’lam.


بارك الله لى ولكم فى القر آن العظيم. ونفعنى وا يّاكم بما فيهمن ا لايات والذّكر الحكيم ا نّه تعالى جوّاد كر يم ر ؤوف الرّ حـيم