Selasa, 26 Oktober 2010

KETELADANAN SEBAGAI METODE DALAM PENDIDIKAN

Posted by Eko 23.36, under | No comments

 

Bila dicermati secara historis  pendidikan  di zaman Rasulullah Saw. dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan (uswah).[1] Rasulullah Saw. di dalam mendidik tidak hanya melalui kata-kata saja, tetapi, lebih banyak memberikan keteladanan dalam mendidik umatnya. Karena itulah, keteladanan dikatakan sebagai  metode yang sangat efektif dalam pendidikan, khususnya pendidikan Islam.    
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya Tarbiyatul Aulad fil Islam:
"القدوة فى التربية هى من أنجع الوسائل المؤثرة في إعداد الولد خلقيا. وتكوينه نفسيا واجتماعيا. ذلك لأن المربي هو المثل الأعلى في نظر الطفل. والأسوة الصالحة في عين الولد. يقلده سلوكيا. ويحاكيه خلقيا من حيث يشعر أولايشعـر. بل تنطبع في نفسه وإحسانه صورته القولية والفعلية والحسية والمعنوية من حيث يدري أولايدري"[2]
Maksudnya keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual , dan etos sosial anak. Hal ini karena pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak didik, yang tindak-tanduk dan sopan santunnya disadari atau tidak, akan ditiru anak didiknya.
 Oleh karena itu, keteladanan yang baik adalah salah satu metode  yang digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan. Hal ini karena keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan, dan juga dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap nilai-nilai pendidikan Islam.
Dalam praktek pendidikan dan pengajaran, metode keteladanan ini dilaksanakan dalam dua cara, yaitu; Pertama, secara langsung (direct) maksudnya bahwa pendidik benar-benar menjadikan dirinya sebagai contoh teladan yang baik bagi anak didik. Kedua, secara tidak langsung (indirect) yang maksudnya, pendidik menceritakan riwayat para nabi, kisah-kisah orang besar, pahlawan dan syuhada, yang tujuannya agar anak didik menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai suri teladan dalam kehidupan mereka.[3]
Layaknya metode-metode yang lain, metode keteladanan juga memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri. Namun kelemahan dan kelebihan metode keteladanan ini tidak bisa dilihat secara kongrit. Tetapi secara abstrak Armai Arif mengatakan kelebihan dan kekurangan metode ini dapat diinterprestasikan sebagai berikut:
1.      Kelebihan
a.       Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya di sekolah.
b.      Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajarnya.
c.       Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik.
d.      Bila keteladanan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.
e.       Tercipta hubungan harmonis antara guru dan siswa
f.       Secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang diajarkannya.
g.      Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh siswanya.
2.      Kekurangan
a.       Jika figur yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik tersebut pula.
b.      Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.[4]

      
Dengan demikian, apa yang telah diuraikan tersebut di atas, dapatlah menjadi suatu gambaran bahwa keteladanan guru sangatlah berpengaruh pada pendidikan anak, karena metode ini sangat efektif dan meyakinkan akan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral, spiritual dan sosial anak. Untuk itulah pendidik harus menyadari bahwa dirinya merupakan figur yang baik dalam pandangan anak didik, yang mana perkataan dan perbuatannya akan menjadi panutan bagi anak didik.


[1] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h, h.116
[2]Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad Fi al-Islam, (Bairut : Dar al-Salam, tth.), Jilid 2, h. 633.
[3]Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh; Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: al-Bayan, 1998), h. 39 
[4]Armai Arif, op.cit., h.122-123

0 komentar:

Posting Komentar