Jumat, 25 November 2011

MANAJEMEN HUMAS

Posted by Eko 06.35, under | No comments

A.    Pengertian Manajemen Humas
Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkakdalam  bahasa  inggridalam  bentuk  kata  kerja  to manage, dengan kata benda managemen dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, managemen diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.[1]
Namun untuk menjelaskan arti manajemen, tidak dapat terlepas dari pengertian ilmu administrasi pendidikan, yaitu penggunaan atau aplikasi ilmu administrasi ke dalam pendidikan. Oleh karena itu ada baiknya terlebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan “administrasi”.
Menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi mendifinsikan administrasi yaitu merupakan keseluruhan proses kerjasama antara dua orang  manusiatau  lebih  yang didasarkan atas rasionalitas tertentu  untuk  mencapai  tujuan  yang  telah  ditentukan  sebelumnya.[2]
Sedangkan administrasi dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan.[3]
 Adapun pengertian manajemen menurut Miller, sebagaimana yang dikutip oleh Sufyarma. Mmengemukakan tentang  manajemen sebagai berikut: Management is the prosess of directing and facilitating the work of people organized in formal group to achieve a desired goal´. Berdasarkan definisi tersebut di atas, dapat dirumuskan bahwa manajemen pendidikan sebagai seluruh proses kegiatan bersama dan dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang ada, baik personal, material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan.[4]
Sedangkan  definisi  huma(hubungan  masyarakat)  adalasuatu sensekaligus disiplin ilmu sosial            yang    menganalisis    berbagai kecenderungan, memprediksi setiap kemungkinan konskuensi dari setiap kegiatannyamemberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan publik.[5]
Menurut Hadari Nawawi, mengartikan humas sebagai rangkaian kegiatan organisasi/instansi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat atau pihak-pihak tertentu di luar organisasi tersebut, agar mendapatkan dukungan terhadap efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kerja secara sadar dan sukarela. Hubungan yang harmonis sebagai hasil kerja humas tampak sebagai berikut:
a.       Adanya saling pengertian antara organisasi/instansi dengan pihak luar.
b.      Adanya kegiatan saling membantu karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.
c.       Adanya kerjasama yang erat dengan masing-masing pihak dan merasa ikut bertanggung jawab atas susesnya usaha pihak yang lain.[6]
Dari pengertian manajemen dan humas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemehumas  padlembaga pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan tentang komunikasi antara sekolah dengan masyarakat dengan  tujuan  menambah  pengertiakepada  masyarakat tentang proses, kebutuhan pendidikan, mendorong minat warga dan kerjasama untuk meningkatkan mutu sekolah dengan berlandaskan nilai-nilai Islam.



B.     Fungsi Manajemen Humas
Pada dasarnya fungsi manajemen humas, tidak jauh berbeda dengan fungsi-fungsi manajemen secara umum. Fungsi-fungsi ini sangat mengait dengan tujuan manajemen humas, dimana tujuan itu sendiri adalah suatu hasil akhir, titik akhir atau segala sesuatu yang akan dicapai. Oleh karena itu, perlu adanya langkah-langkah yang   harus ditempuh melalui manajemen humas, yaitu melalui fungsi manajemen humas yang secara garis besar meliputi: perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), penggerakan (Actuating) dan evaluasi (Evaluating). Beberapa fungsi manajemen humas ini akan sangat membantu sekali dalam upaya pencapaian tujuan. Adapun fungsi manajemen humas tersebut meliputi:
1.      Perencanaan (Planning)
Perencanaan    adalasejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.[7]
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan  manajemen  atau  administrasi.   Tanpa   perencanaan  atau planning, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.[8] Oleh karena itu, perencanaan dalam sebuah pendidikan menempati posisi yang strategis dalam keseluruhan proses pendidikan. Perencanaan pendidikan itu memberikan kejelasan arah dalam usaha proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga perencanaan dalam sebuah pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien. Dengan demikian seorang perencana pendidikan dituntut untuk memiliki kemampuan dan wawasan yang luas agar dapat menyusun sebuah rancagan yang dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan proses pendidikan selanjutnya.[9] Adapun langkah-langkah dalam sebuah perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.       Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
b.      Meneliti  masalah-masalah  atau  pekerjaan-pekerjaan  yang  akan dilakukan.
c.       Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan.
d.      Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
e.       Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan.[10]

Perencanaan program humas harus memperhatikan dana yang tersedia, ciri masyarakat, daerah jangkauan sarana atau media, dan teknik  yang  akan digunakan dalamengadakahubungadengan masyarakat. Kalau perencanaan tidak memperhatikan hal-hal di atas, dikhawatirkan kegiatan tersebut  tidak akamencapai sasaran yang diinginkan.[11]

2.      Pengorganisasian (Organizing)
Organzing dimaksudkan mengelompokkan kegiatan yang diperlukan yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi- fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unitersebut. Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang sert penetapan   tugas fungsi wewenang serta   tanggungjawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas yang berdaya guna daberhasigundalam  mencapatujuayanteladitentukan terlebih dahulu.[12]
Menurut Syaiful Sagala, pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama pendidikan. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing organisasi. Kegiatan pengorganisasian adalah untuk menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian.[13]
Adapun prinsip-prinsip pengorganisasian meliputi:
a.       Memiliki tujuan yang jelas.

b.      Adanya kesatuan arah sehingga dapat terwujud kesatuan tindakan dan pikiran.
c.       Adanya keseimbangan  antara wewenang dengan tanggungjawab.

d.      Adanypembagiatugaatapekerjaayansesuadengan kemampuankeahlian dan bakat  masing-masing,  sehingga dapat menimbulkan kerjasama yang harmonis dan kooperatif.
e.       Bersifat  relatif  permanen,  dan terstruktusesederhana  mungkin, sesuai kebutuhan, koordinasi, pengawasan dan pengendalian.
f.       Adanya jaminan keamanan pada anggota.
g.      Adanya tanggung jawab serta tata kerja yang jelas dalam struktur organisasi.[14]
Pengorganisasian pada dasarnya semua komponen sekolah adalah pelaksana hubungan sekolah dengan masyarakat. Oleh karena itu, tugas-tugas mereka perlu dipahami dan ditata, sehingga penyelenggaraan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat berjalan efektif dan efisien.[15]
3.      Pergerakan (Actuating)
Penggerakan    (Actuating)      dapat   didefinisikan   sebagai keseluruaha prose pemberia doronga bekerja kepad para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
Sedangkan menurut Terry sebagaimana yang dikutip Syaiful sagala, menefinisikan penggerakan (actuating) berarti merangsang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas mengerakan dilakukan oleh pemimpin, oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting menggerakan personelnya melaksanakan program kerja sekolah. Menggerakan adalah tugas pemimpin, dan kepemimpinan.
Kemudian menurut Keith Davis menggerakan adalah kemampuan  pemimpin membujuk orang-oranmencapai tujuan- tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat. Jadi, pemimpin menggerakan dengan penuh semangat, dan pengikut juga bekerja dengan penuh semangat.[16]
Adapun dalam pelaksanaan/penggerakan hubungan sekolah dengan masyarakat perlu diperhatikan koordinasi antara berbagai bagian dan kegiatan, dan di dalam penggunaan waktu perlu adanya sinkronisasi.[17]

4.      Evaluasi (Evaluating)
Humas dapat dievaluasi atas   dua criteria: pertama efektivitasnya, yaitu sampai seberapa jauh tujuan telah tercapai, misalnya apakamemang  masyarakat  sudamerasa terlibat  dalam masalah yang dihadapi sekolah, apakah ada perhatian terhadap kemajuaanaknya di sekolah, apakamereka sudamenunjukkan perhatian terhadakeberhasilan sekolah, apakah  mereka telah mau memberikan  masukan  untuk  perbaikan  sekolah,  dan  sebagainya. Kedua efisiensinya, yaitu sampai seberapa jauh sumber yang ada atau yang potensial yang telah digunakan secara baik untuk kepentingan kegiatan hubungan masyarakat.
Evaluasindapat  dilakukapadwaktu  prosekegiatan sedang berlangsung atau pada akhir suatu program itu untuk melihat sampai seberapa jauh keberhasilannya.[18]

C.    Tujuan Humas pada Lembaga Pendidikan Islam

Menurut Frida Kusumastuti bahwa tujuan humas adalah terpelihara da terbentuknya      saling   pengertia (aspekognisi), menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi), memelihara dan menciptakan kerjasama (aspek psikomotoris).[19]
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaran hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk
1.      Memelihara kelangsungan hidup sekolah.
2.      Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
3.      Memperlancar proses belajar mengajar
4.      Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
Sedangkan  jika  ditinjau        dari  kebutuhan  masyarakat  itu  sendiri, tujuan hubungannya dengan sekolah adalah untuk:
a.       Memajukan  dan  meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat,  terutama dalam bidang mental-spiritual.
b.      Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
c.       Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
d.      Memperoleh    kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat kemampuannya.[20]
Dengan adanya hubungan masyarakat diharapkan terjadi saling pengertian,  akibatnya  memunculkan  sikap  kerjasama  yang  baik  antara masyarakat dengan pihak sekolah untuk menanggulangi masalah-masalah pendidikan yang dihadapi oleh kedua belah pihak.
Sehingga lebih kongkrit lagi, tujuan diselengarakannya hubunga sekoladengan masyarakat adalah: (1) mencegah kesalahpahaman (to prevent misunderstanding); (2) mendapatkan hubungan dan bantuan moral maupun finansial yang diperlukan bagi pengembangan sekolah (to secure financial support); (3) menjalin kerjasama dalam pembuatan-pembuatan kebijaksanaan-kebijaksanaa bar (to   secure   copparation   in   policy making).[21]



[1]Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.3
[2]Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 2.
[3]M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 1
[4]H. Sufyarma. M, Kapita Selekta ManajemenPendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2003), h.189
[5]Frida Kusumastuti, Dasar Dasar Humas, (Jakarta: Ghalia, 2002), h. 15.
[6]Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Gunung  Agung, 1996) Cet. Ke-13. h. 73. 
[7]Husaini Usman, op. cit. h. 48.  
[8]M. Ngalim Purwanto, op. cit. h. 15.
[9]Udin  Syaefudin  Sa’ud,  Abin  Syamsuddin  Makmun,  Perencanaan  Pendidikan  Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 46.


[10]Ngalim Purwanto, Op. Cit. h.16.
[11]Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.195.
[12]http://darwito.diinoweb.com/ 20 Januari 2010

[13]Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000),  h.49.
[14]Ngalim Purwanto, op. cit. h. 17.
[15]Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.195.
[16]Syaiful Sagala, op. cit. h. 52.
[17]Soetjipto dan Raflis Kosasi,  loc.it. 
[18]M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Yudhistira, Jakarta, 1985), h. 196
[19]Frida Kusumastuti, Dasar Dasar Humas, (Jakarta: Ghalia, 2002), h. 20-22. 
[20] Ngalim Purwanto, Op. Cit. hlm.189-190.
[21]M. Daryanto,  Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,2001), cet.2, h. 75 

0 komentar:

Posting Komentar