Selasa, 15 Maret 2011

Abu Nawas: Tipu dibalas Tipu

Posted by Eko 08.39, under | 2 comments


Ada seorang Yogis (Ahli Yoga) mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan  memperdaya Iman Abu Nawas. Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya.
Ketika mereka datang Abu Nawas sedang melakukan salat  Dhuha.  Setelah dipersilahkan masuk oleh istri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang santai.
Seusai salat  Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para  tamunya bercakap-cakap sejenak.
"Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan bergabunglah bersama kami." kata Ahli Yoga.
"Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?" tanya  Abu Nawas polos.
"Besok pagi." kata Pendeta.
"Baiklah kalau begitu  kita bertemu di warung  teh besok."  kata Abu Nawas menyanggupi.

Hari berikutnya  mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah  seorang Sufi. Ahli Yoga dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka masing-masing. Di tengah jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak membawa bekal.

"Hai Abu Nawas, bagaimana kalau engkau saja  yang mengumpulkan derma guna  membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan  mengadakan kebaktian." kata Pendeta. Tanpa banyak bicara  Abu Nawas berangkat mencari dan mengumpulkan derma dari dusun satu  ke dusun lain. Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli  makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu Nawas kembali  ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan. Karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata, "Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga."

"Jangan sekarang. Kami sedang berpuasa." kata Ahli Yoga.
"Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja  sedangkan bagian kalian terserah pada kalian." kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.
"Aku tidak setuju.  Kita harus seiring seirama dalam  berbuat apa  pun:" kata Pendeta.
"Betul aku pun tidak setuju  karena waktu makanku besok pagi. Besok  pagi aku baru akan berbuka." kata Ahli Yoga.
"Bukankah aku yang engkau jadikan alat pencari derma dan derma itu sekarang telah kutukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengijinkan  aku mengambil bagian sendiri.  Itu tidak masuk akal." kata Abu Nawas mulai merasa jengkel.  Namun  begitu  Pendeta dan Ahli Yoga tetap  bersikeras tidak mengijinkan  Abu Nawas mengambil bagian yang menjadi  haknya.

Abu Nawas penasaran. la mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar  mengijinkan ia memakan bagianya. Tetapi mereka tetap  saja  menolak.
Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun  Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.
"Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian."  kata Pendeta kepada Abu Nawas.
"Perjanjian apa?" tanya  Abu Nawas.
"Kita adakan lomba.  Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah  maka  ia akan  mendapat bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk  akan  mendapat paling sedikit." Pendeta itu menjelaskan.
Abu Nawas setuju.  la tidak memberi komentar apa-apa.
Malam semakin larut. Embun  mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap  Abu Nawas menghampiri makanan itu. Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis  makanan itu hingga tidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru bisa tidur.
Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita, "Tadi malam  aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirvana.  Aku merasakan kenikmatan yang belum  pernah kurasakan sebelumnya dalam  hidup ini."

Pendeta mengatakan bahwa mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betul-betul  luar biasa. Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya.
"Aku seolah-olah menembus ruang  dan waktu. Dan temyata memang benar. Aku secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam di mana pendiri agamaku hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya."

Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta, Abu Nawas hanya diam. la bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun.

Karena Abu Nawas belum  juga buka mulut, Pendeta dan Ahli Yoga mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.
"Kalian tentu tahu  Nabi Daud alaihissalam. Beliau adalah seorang nabi yang ahli berpuasa. Tadi malam  aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau.  Beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau  tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak  dini hari. Kemudian beliau menyuruhku segera berbuka karena hari sudah malam.  Tentu saja  aku tidak berani  mengabaikan perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu." kata Abu Nawas tanpa perasaa bersalah secuil pun.
Sambil menahan rasa lapar yang menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga saling berpandangan satu  sama lain. Kejengkelan Abu Nawas terobati.

Kini mereka sadar bahwa tidak ada  gunanya coba-coba mempermainkan Abu Nawas, pasti hanya akan  mendapat celaka sendiri.



(SELESAI)

2 komentar:

Namanya juga Abu Nawas ya begitulah. Salam

iya gan, Abu Nawas nie emang ga ada matinya....he
Salam balik

Posting Komentar