Kamis, 17 Maret 2011

Kompetensi Dasar Pengawas Memahami Evaluasi

Posted by Eko 03.36, under | No comments


A.  Pengertian Evaluasi

Evaluasi menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1983:220). Sedangkan menurut istilah evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu ibyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Anne Anastasi mengartikan evaluasi sebagai:
“A systematic process of determining the extent to which instructional objektivitas are achieved by pupils”. (Anne Anastasi, 1978: 6).

Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sacara, terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.[1]
Evaluasi adalah proses pembuatan pertimbangan-pertimbangan untuk selanjutnya dipergunakan sebagai dasar bagi perencanaan. Proses evaluasi itu sendiri dari penetapan tujuan, pengumpulan data tentang bukti-bukti mengenai pertumbuhan dan kekurangan-kekuarangannya dalam usaha mencapai sasaran tujuan-tujuan pelaksanaan program; membuat pertimbangan-pertimbangan tentang bukti tersebut; dan perbaikan prosedur-prosedur kerja serta tujuan-tujuan yang hendak dicapai berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang merupakan hasil daripada proses penilaian itu sendiri.[2]  
B.  Peranan Evaluasi dalam Kepemimpinan Pendidikan
Dengan penilaian akan diperoleh data-data tentang kekuatan, kemampuan dan kelemahan-kelemahan seseorang di dalam sekolah tersebut, baik murid-murid, guru, Kepala Sekolah, maupun anggota staf sekolah lainnya di dalam pelaksanaan program sekolah itu sendiri. Dan dari data itu pula kepala sekolah dan stafnya dapat merencanakan secara lebih efektif tentang program selanjutnya daripada sekolah tersebut. Di samping itu Kepala Sekolah dapat merencanakan bimbingan yang lebih efektif terhadap anggota-anggota stafnya, sehigga mereka dapat mengembangkan pikiran dan tenaganya dengan penuh ikhlas, suka rela dan tanggung jawab untuk berusaha secara maksimal mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut.
Dengan demikian evaluasi merupakan suatu langkah atau prosedur untuk perbaikan atau peningkatan hasil, proses, serta tujuan-tujuan itu sendiri.
Dari sudut pandang yang lain dapat dilihat bahwa evaluasi adalah suatu prosedur melalui mana supervisor dapat mengarahkan kearah peningkatan atau perbaikan kelompok itu secara keseluruhan.

C.  Prinsip-Prinsip Evaluasi yang Sehat
Elbree menyatakan di dalam bukunya “Elementary School Administration andsupervision”, bahwa prinsip-prinsip evaluasi sehubungan dengan perbaikan pengajaran sebagai berikut :
  1. Evaluasi sebaiknya bersifat menyeluruh (“comprehensive”).
Evaluasi hendaknya meliputi semua faktor situasi belajar dan mengajar, yang meliputi antara lain, metode mengajar, organisasi program sekolah, pimpinan, pengawasan, tata tertib, bahan pelajaran, penyusun daftar pelajaran, perlengkapan sekolah, akomodasi sekolah, pembagian tugas-tugas, penyusunan acara rapat guru-guru, penentuan waktu rapat guru dan sebagainya.
  1. Evaluasi hendaknya bersifat gotong royong (“cooperative”).
Untuk mencapai penilaian yang bersifat, menyeluruh itu, maka penilaian hendaknya dilaksanakan secara gotong royong. Bilamana semua orang yang terlibat dalam situasi belajar mengajar itu diikut sertakan di dalam penilaian, maka kemungkinan besar semua aspek-aspek yang hendak dinilai dapat tercakup, dan orang-orang yang dinilai lebih memperoleh perasaan aman.
  1. Evaluasi hendaknya di dasarkan pada kreteria-kreteria yang tepat.
Untuk memperoleh kreteria-kreeria penilaian yang tepat (“reliable, valid and objective”) ialah dengan jalan musyawarah dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan serta tujuan-tujuan staf di dalam sekolah tersebut.
  1. Evaluasi hendaknya bersifat diagnostik.
Penilaian yang baik dilakukan sekedar untuk menilai saja, melainkan mempunyai tujuan tertentu yang lebih jauh, yaitu untuk menemukan kelemahan-kelemahan, hal-hal yang kurang menyenangkan atau yang tidak memuaskan orang yang melaksanakannya dalam rangka menuju perbaikan kea rah yang lebih positif. Penilaian ini dilakukan dengan pengharapan, bahwa setelah penilaian itu, tentu akan dilakukan tindakan-tindakan perbaikan lebih lanjut.
  1. Penilaian harus dilakukan secara terus menerus.
Hasil ini merupakan landasan yang kuat untuk mengadakan rencana-rencana perubahan tambahan dan peningkatan, guna perbaikan situasi yang harus dinilai itu, dengan tujuan untuk menemukan cara kerja yang lebih baik pula. Oleh karena pada hakekatnya cara yang mutlak terbaik itu juga haruslah berlangsung terus menerus. Dan inilah salah satu ciri khas daripada pelaksanaan pendidikan modern.
  1. Penilaian itu handaknya fungsional
Penilaian yang baik sebenarnya dilakukan dengan tujuan tertentu guna peningkatan kualitas belajar dan mengajar. Penilaian yang baik berusaha menemukan fakta-fakta selengkap mungkin, baik yang berupa aspek-aspek positif, maupun aspek-aspek  negative daripada sasaran penilaian, yang selanjutnya dijadikan landasan bagi perencanaan program baru yang lebih memungkinkan bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang lebih memuaskan bagi semua pihak.[3]

D.  Pentingnya Pemahaman terhadap Evaluasi bagi Pengawas Pendidikan
Evaluasi adalah alat untuk mengetahui sesuatu kegiatan kependidikan dan pembelajaran itu berhasil atau tidak. Di pihak lain, evaluasi juga berguna sebagai feed back dalam setiap kegiatan di sekolah, tak terkecuali adalah kegiatan-kegiatan kependidikan yang dilaksanakan oleh guru Agama Islam pada tiap sekolah yang menjadi beban tugasnya. Dalam kerangka ini, bagi pengawas, bukan sekedar teknis-teknis praktis yang berkaitan dengan lingkup tugasnya, lebih dari itu evaluasi ini semestinya dipahami sampai ke tingkat teoritis dan konseptual.
Pemahaman teori evaluasi bagi pengawas ini berguna untuk membina dan  memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi tiap guru agama Islam pada tiap sekolah yang menjadi beban tugasnya agar guru-guru ini dapat melakukan variasi evaluasi yang beraneka ragam. Bila pemahaman teori evaluasi ini dimiliki oleh setiap pengawas, maka sudah berang tentu pekerjaan dan tugas-tugas yang diembannya mudah dilaksanakan bagi berlangsungnya kepengawasan secara baik, benar, terancang, terpadu, dan berkesinambungan.
Namun demikian, pemahaman teoritis evaluasi ini tidak harus menjadi seorang ahli dan pemerhati evaluasi pendidikan. Lebih dari itu, yang dimaksud dengan pengawas memahami teori evaluasi adalah sebagai upaya dasar seorang pengawas melakukan dan membimbing tiap-tiap guru bidang mata pelajaran dan rumpun mata pelajaran Agama Islam di tiap sekolah yang menjadi tugasnya. Maka buku-buku, informasi-informasi dan pengetahuan-pengetahuan tentang teorisasi evaluasi hendaknya dimiliki oleh tiap pengawas. Bilamana ini sudah dimiliki, maka akan mudah melakukan evaluasi pembelajaran dan proses pembimbingan yang dilaksanakan oleh setiap guru di sekolah.[4]

E.  Supervisi Pendidikan Membantu Guru untuk Mengevaluasi pekerjaannya.
Evaluasi yang valid dan sehat dapat dipergunakan untuk memperbaiki perencanaan program dan prosedur-prosedur di dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sehingga diharapkan dapat mencapai hasil pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikakan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Tiap prmimpin pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk membantu setiap anggota stafnya, agar mereka memperoleh kemampuan dan keterampilan untuk mengevaluasi, baik proses mengajar, prosedur-prosedur pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, perlengkapan pendidikan pengajaran yang dipergunakan, pertumbuhan murid-murid dan bahkan tujuan-tujuan konkrit, tujuan-tujuan khusus, maupun tujuan umum atau tujuan akhir daripada kegiatan pendidikan dan pengajaran itu sendiri.
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran pada sekolah-sekolah di Indonesia sampai sekarang ini, boleh dikatakan relatif masih banyak yang mempergunakan evaluasi yang sehat dan valid seperti dikemukakan di atas. Umumnya yang melakukan penilaian itu dengan tanpa data-data yang cukup terutama dupergunakan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya secara kurang disadarai untuk menakut-nakuti stafnya, di mana penilaian itu dihubungkan dengan kenaikan gaji, pangkat, mutasi dan sebagainya. Tindakan penilaian semacam ini tidak akan menimbulkan keamanan jiwa dan pertumbuhan kea rah yang lebih sehat dan positif daripada kualitas kerja dan mutu jabatan guru-guru yang dinilai itu.
Praktek penilaian yang lain, yaitu bahwa penilaian dilakuakan secara sepihak saja, dimana hal-hal yang akan dinilai itu ditentukan dan dilaksankan sendiri oleh pemimpin dengan proses sepintas lalu pula. Proses atau praktek penilaian semacam ini disebut me “rating”.
Akibat praktek penilaian yang tidak sehat ini ialah:
a.    Menimbulkan rasa tidak aman
b.    Menghambat tumbuhnya daya kreatif
c.    Memperkecil kemungkinan tumbuh suburnya suasana kerjasama secara gotong royong dan dinamis di antara pemimpin dan yang dipimpin. 
Kini timbul pertanyaan, bagaimanakah para pemimpin pendidikan berusaha membantu guru-guru agar mereka dapat menilai pekerjaan dengan baik?  Kimball Wiles dalam bukunya “Supervision for Better Schools”, memberikan jawaban untuk memecahkan masalah tersebut antara lain melalui:

  1. Self Evaluation (Penilaian Diri Sendiri)
Self evaluation adalah penilaian yang dilakukan oleh guru-guru sendiri terhadap dirinya sendiri. Evaluasi ini dilakukan melalui penggunaan “self-evaluation check list”. Masalah-masalah atau item-item yang akan diisikan pada check list itu hendaknya disusun bersama-sama antara guru dan pimpinan sekolah.
  1. Penilaian oleh Murid-murid terhadap Pekerjaan Guru-guru
Penilaian ini dilakukan dengan melalui penggunaan “chek-list”. Item check list yang akan diberikan kepada murid itu sebaiknya dimusyawarahkan lebih dahulu antara pemimpin, guru yang lain, dan sejauh mungkin murid-murid diikut sertakan pula di dalam penetapan isi item-itemnya.
  1. Suggestion Box Technique (Kotak Saran)
Dengan melalui kotak saran yang ditempatkan di muka kerja guru dengan maksud, agar murid-murid dapat memasukkan kertas yang berisi penilaian dan saran-saran, tanpa menuliskan nama mereka pada kertas-kertas tersebut, hal ini akan lebih bebas jika dibandingkan dengan penggunaan “check list”.
  1. Open Class Discussion (Diskusi Kelas Terbuka)
Bagi guru-guru yang lebih berani dan lebih tabah terhadap kritik-kritik, dapat mempergunakan “diskusi kelas terbuka” dimana murid-murid secara langsung memberikan saran-saran kepada guru-guru dan juga dapat merupakan pemberian kritik-kritik atau penilaian murid-murid terhadap segala sesuatu mengenai diri dan pekerjaan gurunya.
  1. Observational visit by teacher
Observational visit by teacher adalah kunjungan guru-guru kepada guru lainnya dengan maksud mengadakan observasi dalam rangka penilaian. Melalui tehnik ini guru akan memperoleh hal-hal yang positif dari guru yang diobservasi itu.[5]


 



[1]M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. Ke-IV. h.1
[2]Indra Fachrudi,dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h.205-206   
[3]Ibid., 205-208
[4]Amin Thaib dan Subagio, Kepengawasan Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2005), h.35-36
[5]Op.Cit., h.209-213

0 komentar:

Posting Komentar